PSSI dan Bencana Sepak Bola Di Indonesia

Terlepas dari kontroversi Nurdin Halid yang dianggap gagal total dalam membangun kemajuan sepak bola nasional, kita perlu mendukung revolusi yang dilakukan para pencinta sepak bola di seluruh Tanah Air. Kita bisa mengatakan bahwa revolusi sepak bola di tubuh PSSI adalah harga mati yang harus diperjuangkan. Tidak heran bila gerakan revolusi untuk menentang kepemimpinan Nurdin Halid merupakan potret kecintaan kita kepada masa depan sepak bola nasional. Revolusi ini bukan berarti hanya ingin menentang kekuasaan otoriter yang harus turun dari jabatannya, melainkan revolusi menjadi bentuk keprihatinan pencinta sepak bola nasional yang menghendaki perubahan secara total suksesi kepemimpinan di tubuh PSSI.

Oleh Mohammad Takdir Ilahi

Komisi Banding akhirnya memutuskan monolak pengajuan banding George Toisutta dan Arifin Panigoro atas hasil verifikasi bakal calon ketua umum PSSI dan juga mencabut pencalonan Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie. Padahal, Komisi Banding yang dipimpin Prof. Tjipta Lesmana itu menjadi benteng pertahanan terakhir untuk menyelamatkan reputasi sepak bola nasional. Tidak heran bila keputusan Komisi Banding yang menolak pengajuan banding Toisutta dan Panigoro merupakan tamparan keras bagi pencinta sepak bola Tanah Air yang sudah lama mendamba perubahan di tubuh PSSI.

Sebelum keputusan ini diambil, saya termasuk pencinta sepak bola yang mengharapkan Komisi Banding bersikap profesional, demokratis, adil, independen, jujur, dan menerapkan aturan main yang benar-benar fair. Terlebih komisi itu diketuai oleh Prof. Tjipta Lesmana yang dianggap memiliki integritas dan kredibilitas dalam memutuskan pengajuan banding Toisutta dan Panigoro. Sebagai akademisi yang menjunjung tinggi norma-norma keilmuan, integritas Tjipta Lesmana dipertaruhkan.

Akan tetapi, harapan saya itu di luar ekspektasi seluruh pencinta sepak bola nasional yang menyayangkan keputusan penolakan Komisi Banding. Sebagai pencinta sepak bola, saya mempertanyakan keputusan sepihak ini, karena seolah-olah menggagalkan perubahan secara total di tubuh PSSI. Dengan kata lain, Komisi Banding telah bermain mata dalam sebuah keputusan yang tidak mendukung aspirasi seluruh rakyat Indonesia.

Kita sadari bahwa alasan Komisi Banding yang menolak pengajuan banding Toisutta dan Panigoro hanya berkutat pada statuta FIFA, AFC, dan PSSI. Sebelumnya, disebut-sebut pula bahwa tidak lolosnya Toisutta karena dia hanya berkiprah di Persatuan Sepak Bola Angkatan Darat (PSAD) yang notabene bukan anggota PSSI. Sementara Panigoro karena terlibat langsung dalam gagasan pelaksanaan Liga Primer Indonesia (LPI) yang dianggap sebagai kompetisi ilegal oleh PSSI.

Selain itu, keduanya belum pernah menjabat kepengurusan inti (operasional) di PSSI sekurang-sekurangnya 5 tahun, sebagaimana diatur Statuta PSSI, terutama Pasal 35 Ayat 4. Hasil verifikasi itu mencerminkan bahwa para pengurus PSSI tidak menginginkan ada calon lain di luar PSSI, selain incumbent (Nurdin dan Nirwan) dengan berlindung pada Statuta PSSI.

Bentuk Keprihatinan

Kalau kita mengacu pada persyaratan calon ketua umum PSSI, maka Nurdin Halid tidak pantas masuk dalam bursa calon. Ada baiknya kita bercermin ketika Nurdin menyandang status napi karena telah menyelewengkan beras impor dan minyak goreng pada 2004 yang membuatnya harus mendekam dua tahun di LP Cipinang. Padahal, berdasarkan Statuta FIFA, pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepak bola nasional.

Kita sangat prihatin dengan kondisi sepak bola nasional yang berada di ambang krisis, karena calon yang diusung tidak dipercaya lagi untuk memimpin PSSI. Apalagi, merupakan mantan narapidana yang terlibat kasus korupsi sehingga makin memperburuk citra dan reputasi sepak bola kita yang belum pernah sekalipun meraih prestasi tertinggi.

Kendati ditentang habis-habisan melalui demonstrasi di berbagai daerah, Nurdin tetap bersikukuh untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI. Bahkan, demonstrasi itu disertai dengan pendirian PSSI tandingan yang diawali di Jawa Timur. Barangkali inilah bentuk protes paling bersejarah dalam percaturan sepak bola nasional yang sudah jenuh dengan kepemimpinan Nurdin Halid yang tidak memiliki kontribusi apa pun bagi kemajuan sepak bola nasional.

Mendesak Revolusi Nasional

Terlepas dari kontroversi Nurdin Halid yang dianggap gagal total dalam membangun kemajuan sepak bola nasional, kita perlu mendukung revolusi yang dilakukan para pencinta sepak bola di seluruh Tanah Air. Kita bisa mengatakan bahwa revolusi sepak bola di tubuh PSSI adalah harga mati yang harus diperjuangkan.

Tidak heran bila gerakan revolusi untuk menentang kepemimpinan Nurdin Halid merupakan potret kecintaan kita kepada masa depan sepak bola nasional. Revolusi ini bukan berarti hanya ingin menentang kekuasaan otoriter yang harus turun dari jabatannya, melainkan revolusi menjadi bentuk keperihatinan pencinta sepak bola nasional yang menghendaki perubahan secara total suksesi kepemimpinan di tubuh PSSI.

Dalam konteks inilah, pemerintah melalui Menpora perlu melakukan langkah-langkah cepat untuk menampung aspirasi masyarakat yang makin gencar dilakukan di berbagai daerah guna menuntut mundur Nurdin Halid agar tidak mencalonkan lagi sebagai ketua umum PSSI. Ini karena pemerintah memiliki wewenang untuk mengawasi dan mengendalikan polemik yang terjadi dalam tubuh persepakbolaan kita. Sebagaimana Peraturan Pemerintah (PP) No. 16/2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, Pasal 118 telah mengatur pengawasan yang meliputi pengendalian internal terhadap penyelenggara kegiatan olahraga. Bila suatu organisasi dianggap melakukan pelanggaran administratif, maka bisa dijatuhi sanksi administratif pula.

Pada titik inilah, revolusi yang digagas para insan sepak bola nasional diharapkan mampu mewujudkan impian perubahan secara total di tubuh PSSI, sehingga masa depan sepak bola kita dapat terselamatkan dari berbagai bentuk rekayasa maupun politisasi yang menyeret sepak bola dalam ranah politik. Dengan hati nurani semua elemen bangsa, kita sangat berharap bahwa suksesi kepemimpinan di tubuh PSSI bisa menghasilkan pemimpin yang benar-benar peduli dan tulus membangun kemajuan sepak bola di masa mendatang.

Penulis, pecinta bola dan staf riset The Mukti Ali Institute Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lihat Sumbernya

Artikel Terkait:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.